Orang Bertaqwa Selalu Mewaspadai Maksiat
Marilah pada kesempatan yang kesekian kalinya ini kita memperbaiki kualitas amalan ibadah yang telah kita lakukan. Seiring dengan itu, marilah kita mengoreksi berbagai maksiat serta keburukan-keburukan lain yang telah kita lakukan sehingga kita bisa mencapai derajat takwa. Allah berfirman,
يَا أَيَُّا الَِّينَ آمَنُوا اتَّقُوا الََّ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا الََّ إِنَّ الََّ
خَبِيٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hasyr:
18)
Orang yang bertakwa bukanlah orang ma’shum yang
terjaga dari segala kesalahan. Ada kalanya ia lengah, hingga terpancing oleh
bujuk rayu setan. Kadang pula terbersit keinginan untuk bermaksiat, dan bahkan
sesekali terjerumus ke dalamnya. Tapi, marilah kita memperhatikan perbedaan
antara orang-orang fajir (pendosa) yang gemar berbuat dosa dengan sifat orang
yang bertakwa. Para pendosa tidak memiliki sensor dan lepas kontrol, tidak peka
terhadap dosa, tidak berusaha mendeteksi status halal atau haram, tidak pula berpikir
akan risiko perbuatan dosa yang dilakukannya serta gemar bergaul dengan dosa.
Sebaliknya orang-orang yang bertakwa, meskipun
sesekali pernah berbuat dosa, mereka sejak awal melakukan penjagaan terhadap
dosa. Orang-orang bertakwa tidak akan sesekali mendekati wilayah yang mendekati
dosa seperti yang disabdakan oleh Rasulullah ,
لَا يَبْلُغُ الْعَبْدُ أَنْ يَكُونَ مِنْ الْمُتّقِيَ حَتّى يَدَعَ مَا لَا بَأْسَ بِهِ حَذَرًا لِمَا بِهِ الْبَأْسُ
“Seorang hamba belum mencapai derajat muttaqin
sehingga dia meninggalkan apa-apa yang tidak berdosa karena takut terjerumus ke
dalam dosa.” (HR Tirmidzi, hadits hasan) Hadits di atas menyebutkan bahwa
orang-orang bertakwa tidak hanya meninggalkan yang haram tapi juga yang
berderajat syubhat termasuk di dalamnya makruh yang dibenci agar tidak terjerumus
ke dalam dosa. Mereka adalah orang-orang yang wara` yang sangat
hati-hati.
Orang-orang yang bertakwa juga sangat peka terhadap
dosa, mereka mampu merasakan godaan syaitan sejak awal serta dapat mengetahui
dari pintu mana saja syaitan hendak mencuri hatinya dan seketika itu pun dia
pun akan menepisnya. Sebagaimana sabda Rasulullah ,
يَأْتِي الشّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبّكَ فَإِذَا
بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللّهِ وَلْيَنْتَهِ
“Setan mendatangi salah seorang dari kalian,
lalu bertanya, “Siapakah yang menciptakan ini? Siapakah yang menciptakan itu?”
Hingga dia bertanya,’Siapakah yang menciptakan Rabb-mu?’ Oleh karena itu, jika
telah sampai kepadanya hal tersebut, maka hendaklah dia berlindung kepada Allah
dan hendaklah dia menghentikan (waswas tersebut)”. (HR Bukhari)
Adapun para pendosa, bagaimana mereka akan
berhati-hati terhadap dosa sedangkan mereka tidak mengenal yang mana yang halal
dan yang mana yang haram. Mereka tidak tahu yang mana perbuatan dosa dan mana
yang berpahala. Para pendosa adalah orang-orang jahil pada tingkat yang paling
bawah.
Di saat lain, orang-orang yang bertakwa bisa jadi
sudah benar-benar dekat dengan kemaksiatan, lalu dia tersadar dan menjauh
darinya. Mereka seperti yang difirmankan oleh Allah SWT,
إِنَّ الَِّينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُْ مُبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila
mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka ketika itu
juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. al-A’raaf: 201)
Demikian pula, orang-orang yang bertakwa merupakan
orang-orang yang mudah menerima peringatan ketika dinasehati. Mereka akan sadar
ketika dibacakan ayat-ayat Allah SWT maupun hadits-hadits Nabi . Sangat berbeda dengan para
pendosa yang sudah kebal dari nasehat bagaimana pun bentuk dari nasehat itu.
Kondisi paling parah yang dialami oleh orang yang
bertakwa adalah ketika terjerumus kepada perbuatan dosa. Tidak ada manusia yang
tidak pernah berbuata dosa, bahkan para ulama sekalipun yang berstatus sebagai
pewaris para nabi. Namun, orang-orang yang bertakwa dengan kebeningan hatinya
akan segera sadar akan kesalahannya. Seketika itu pula ia akan menyesali perbuatannya,
takut akan akibat dan bersegera dalam kembali mengingat Allah . Sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits Nabi SAW,
إِنّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ
كَذُبَابٍ مَرّ عَلَى أَنْفِهِ
“Sesungguhnya orang mukmin memandang dosanya
seperti orang yang duduk di kaki gunung, ia takut tertimpa olehnya. Sedangkan
orang fajir, memandang dosa-dosanya layaknya lalat yang melewati hidungnya
(yang mudah dihalau).” (HR Bukhari)
Hadits di atas menjelaskan perbedaan yang sangat besar antara orang yang bertakwa dengan orang yang gemar berbuat dosa. Para pendosa sangat meremehkan dosa-dosa yang diperbuatnya dan tidak tergerak untuk melakukan taubat sedangkan orang-orang yang bertakwa akan menyesali perbuatan dosanya dan akan segera bertaubat kembali kepada Allah SWT.
Posting Komentar untuk "Orang Bertaqwa Selalu Mewaspadai Maksiat"